Sabtu, 06 November 2010

HIDUP ITU



Banyak masalah yang datang dan pergi dalam hidup kita. Kadang kita merasa kalo kita
gak bisa menjalaninya. Setiap detik, setiap menit, setiap jam setiap hari, setiap bulan,
setiap tahun. Tapi kadang juga kita ternyata dapat mengatasinya, dan yang lebih hebat
lagi, ternyata caranya nggak sesulit yang kita bayangkan. Hidup yang aneh bukan?Hidup
yang penuh filosofi! Bayangkan jika berada dalam masalah yang paling berat seumur
hidup kita. Apa yang akan kita lakukan? Yang pasti kalo aku, pasti inget kalo "Tuhan
nggak akan ngasih ujian yang melebihi kemampuan kita", itu aja. Tinggal bagaimana kita
berusaha mencari rumus untuk menyelesaikannya, seperti halnya matematika. Tapi dalam
satu soal matematika nggak cuman ada satu rumus untuk menyelesaikannya. ada
beberapa rumus, dan tentu saja kita akan memilih yang paling mudah dan cepat. Tapi
belum tentu hasilnya benar, bukan? Mungkin rumusnya salah? Mungkin juga soalnya
yang salah? Atau mungkin yang mengkoreksi jawaban kita salah?Lalu kenapa kita tidak
pernah bertanya pada diri kita sendiri, mungkin kita yang salah menghitungnya? Atau
mungkin kita terlalu terburu-buru menghitunya? Kenapa kita tidak pernah mencoba untuk
mulai bertanya pada diri kita sendiri sebelum menghakimi soal dan rumus itu? Semua
karena ke-AKU-an dalam diri kita. Karena ada 'aku' dalam diri kita, maka kita nggak
akan pernah ngerasa salah, kita akan ngerasa jadi manusia yang paling benar. Kita nggak
akan mempedulikan eksistensi orang lain. Mungkin ke-aku-an pasti ada dalam setiap diri
manusia, walopun kuantitasnya berbeda. Ada yang banyak, ada yang sedikit, tapi nggak
ada manusia yang nggak punya 'aku' dalam dirinya. Sedikit atau banyak ke-aku-an dalam
diri kita, bukan berarti tidak dapat bertambah ataupun berkurang. Semua tergantung pada
'aku' dalam diri kita juga. Ke-aku-an untuk mengurangi ke-aku-an yang terlampau tinggi
menjadi ke-aku-an yang luar biasa cantik.
* * * * * * *

Seandainya ada malaikat, atau mungkin Tuhan yang bertanya padaku, apa yang aku
inginkan dan Dia pasti mengabulkannya, aku ingin meminta KEBIJAKSANAAN.
Seandainya kamu? Apa yang akan kamu minta? Mungkin itu cuma mulut besarku yang
munafik. Tapi setelah hal itu dikabulkan, apa aku masih akan tetap bermulut besar? Itulah
permintaanku, dan aku tak akan pernah menjilat ludah sendiri.
* * * * * * *

Bagaimana dengan orang yang selalu menasehati orang, tapi dia sendiri melakukan yang
sebaliknya? Apakah itu sikap yang pantas kita hindari? Mungkin juga. Atau mungkin
juga tidak. Toh orang itu selalu menasehati hal-hal yang baik, walopun dia sendiri
berperilaku sebaliknya. Ada kata-kata bijak, entah siapa yang membuatnya "Jangan
dilihat siapa yang bicara, tapi dengarkan apa yang dibicarakannya". cukup bijak, bukan?
Seperti halnya kita memfilterisasi diri kita dari hal-hal yang buruk, kita cukup mengambil
hal yang baik saja. Mungkin juga kita akan sulit melakukan, karena orang yang memberi
nasehat melakukan yang bertentangan dengan nasehatnya. Kenapa? Lalu kita merasa diri
kita yang paling benar? Kenapa? Apa yang kita punya? Apa kita akan mencari dan terus
mencari orang yang perilaku dan omongannya sama-sama baik? Nggak ada manusia
yang sempurna seperti itu. Aku? Aku adalah manusia dengan seribu macam cacat dalam
diriku, aku adalah manusia paling bercela di antara manusia yang lain, aku adalah
manusia yang tidak patut di contoh perilakunya, aku adalah manusia yang paling tidak
sempurna di dunia ini. Dan kamu...???
* * * * * * *